Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) butuh pembiayaan yang aman dan mudah. Kini ada Fintech menawarkan solusi inovatif dengan menawarkan kemudahan akses layanan keuangan, dorong inklusivitas keuangan lebih merata. Dengan adanya kredit menjadi salah satu instrumen yang banyak dipilih sebagai alat memperlancar konsumsi. Sumber keuangan informal, seperti teman, keluarga, bahkan termasuk rentenir masih menjadi sumber penambahan pembiayaan khususnya bagi kelompok masyarakat menengah ke bawah.
Amartha, prosperity platform yang berfokus pada penyediaan layanan keuangan inklusif untuk segmen ultra mikro di pedesaan, menjalin kolaborasi dengan Center of Economic and Law Studies (CELIOS) lembaga riset yang bergerak dalam lingkup analisis makro-ekonomi, kebijakan publik, ekonomi berkelanjutan, dan ekonomi digital meluncurkan Financial Technology (Fintech) Media Toolkit.
Aria Widyanto selaku Chief Risk and Sustainability Officer Amartha menjelaskan tujuan dari peluncuran Amartha dan CELIOS meluncurkan Fintech Media Toolkit ini, sebagai wujud advokasi perkuat pemahaman publik terhadap fintech sebagai penyedia layanan keuangan mikro berbasis teknologi yang mampu mensejahterakan masyarakat secara merata dan inklusif.
“Penyaluran kredit mikro Amartha sendiri tujuan utamanya adalah mendukung segmen akar rumput agar produktif sekaligus dorong pemerataan kesejahteraan di wilayah rural,” ungkap Aria saat ditemui di kegiatan Fintech Journalists di JS Luwansa, Jakarta Selatan pada Selasa 5 Maret 2024.
Mengenal Fintech Media Toolkit
Fintech Media Toolkit merekomendasikan empat aspek sebagai pedoman penguatan pembiayaan UMKM, meliputi:
- Peningkatan peran dan pemanfaatan Fintech,
- Peningkatan resiliensi UMKM khususnya dalam masa krisis,
- Perlunya membantu UMKM dalam transisi hijau, dan
- Perlunya ketersediaan data granular UMKM untuk membantu UMKM mengakses pembiayaan.
Bhima Yudhistira selaku Direktur Eksekutif CELIOS menyatakan Fintech Media Toolkit ini merangkum berbagai konsep, inisiatif, strategi, dan kisah lapangan fintech di segmen akar rumput produktif, sebagai alat bantu tingkatkan public awareness. Bhima melanjutkan, penguatan industri fintech dapat diawali dengan penguatan fase credit scoring, sebagai upaya mitigasi risiko untuk menjaga kualitas penyaluran kredit mikro yang sehat.
“Sebagai contoh, Amartha mengoptimalkan penggunaan risk-profiling berbasis AI (kecerdasan buatan) agar lebih akurat untuk memitigasi risiko, serta menjaga kualitas pinjaman ke UMKM. Hal tersebut merupakan standar yang sangat baik di industri,” tandas Bhima. Salah satu case study yang mengemuka adalah perjalanan Amartha mendukung impact investing secara berkelanjutan.
Sejak didirikan pada 2010, Amartha berkontribusi pada kelompok-kelompok yang rentan di Indonesia seperti anak-anak dan para perempuan.
Amartha menjembatani para pemilik modal baik dari individu hingga institusi berskala global, untuk menyalurkan permodalan berkelanjutan kepada UMKM akar rumput di wilayah rural.
Tujuannya adalah pemerataan kesejahteraan.
“Melalui bisnis modelnya, Amartha memberikan akses pendidikan di sektor formal maupun informal, mendorong pemerataan digitalisasi untuk sektor pendidikan di wilayah pedesaan, sehingga mendorong para perempuan di wilayah pinggiran pedesaan untuk lebih berdaya secara ekonomi dan keberlanjutan,” tutup Aria Widyanto.
Sumber : disway.id